Rabu, 22 Oktober 2008

Anthony Giddens : Agensi Strukturasi

Teori agensi strukturasi Anthony Giddens merupakan sebuah rekonseptualisasi atas konsep-konsep tindakan, struktur dan sistem dengan tujuan mengintegrasikannnya menjadi pendekatan teoritis. Integrasi dalam proses berlangsungnya agensi strukturasi merupakan sebuah dualitas dalam praktik sosial secara terus menerus. Oleh karena itu, muncul permasalahan yang menarik untuk dibahas, yaitu bagaimana konsep teori agensi strukturasi Anthony Giddens?, serta bagaimana analisis integrasi dari agensi strukturasi tersebut?.
Giddens melihat bahwa ilmu-ilmu sosial dijajah oleh gagasan dualisme (dualism) pelaku versus struktur. Ia memproklamirkan hubungan keduanya sebagai relasi dualitas (duality): ‘tindakan dan struktur saling mengandaikan “. Agen adalah orang-orang yang konkret dalam “arus kontinu tindakan dan peristiwa di dunia “. Adapun struktur bukanlah nama bagi totalitas gejala, bukan kode tersembunyi dalam strukturalisme, bukan pula kerangka keterkaitan bagian-bagian dari suatu totalitas seperti dalam fungsionalisme. Struktur adalah aturan (rules) dan sumberdaya (resources) yang terbentuk dari dan membentuk perulangan praktek sosial. Dualitas struktur dan pelaku terletak dalam proses dimana struktur sosial merupakan hasil (out come) dan sekaligus sarana (medium) praktek sosial. Pokok pikiran sentral ini yang menjadi poros pemikiran Giddens dan menamakan teorinya sebagai ‘strukturasi’.
Integrasi agensi strukturasi yaitu hubungan antara pelaku dan struktur berupa relasi dualitas, bukan dualisme sebagaimana pokok pikiran Giddens tersebut terjadi dalam praktik sosial yang berulang dan terpola dalam lintas ruang dan waktu. Giddens membedakan tiga dimensi internal pelaku dalam praktik social integrasi agensi strukturasi, yyaitu mitivasi tak sadar (unconsiousness motives) sebagai motivasi tak sadar menyangkut keinginan atau kebutuhan yang berpotensi mengarahkan tindakan, tapi bukan tindakan itu sendiri. Kesadaran praktis (practical consiousness) yakni bagaimana bertindak dalam kehidupan sosial ini musti tidak terucapkan dan kesadaran diskursif (discursive consiousness) yakni taraf rasionalisasi tindakan yang tidak hanya ia simpan dalam pikiran tetapi juga bias ia kemukakan dengan bahasa.>>